Sekelumit Pertanyaan

Where did we come from?
Why are we here?
Where do we go when we die?
What lies beyond
And what lay before?
Is anything certain in life?

Dari sekelumit pertanyaan yang ada di lirik awal lagu Scene Eight: The Spirit Carries On itu, memang aneh dan lucu bahwa kita manusia terus menanyakannya dari zaman Democritus sampai zaman kita telah mengetahui asal mula alam semesta, komposisi atom, evolusi kehidupan, ruang angkasa, kecerdasan buatan, rekayasa genetika tapi kita masih terus bertanya-tanya dan saling berdebat karena belum punya jawaban yang objektif dan universal.

Bener ya kata Socrates, kita memang harus terus mengakui satu hal bahwa kita nggak tau apa-apa, walaupun kita pandai dalam banyak hal. Tapi kita, kan, emang nggak berhenti untuk mencari tau. Kalau kata Aristoteles, setiap orang bisa memberikan sumbangsih kecil terhadap pemahaman kolektif manusia. Walaupun kata Buddha, ada pertanyaan yang tidak memadai dan tidak layak dijawab, karena pertanyaan itu merujuk kepada realitas yang berada di luar jangkauan kata-kata. Tapi kalau ingat lagi kata Richard Dawkins, kita nggak boleh berhenti hingga kita berhasil memperbaiki sains kita sampai ada penjelasan. Bila dibutuhkan jenis sains yang secara radikal baru, sains revolusioner yang sedemikan aneh sehingga ilmuwan-ilmuwan lama sulit mengenalinya sebagai sains, nggak apa-apa juga. Kalau tokoh Nicholas yang ditulis sama John Petrucci dan kawan-kawan sih sudah nggak khawatir, karena dia percaya kalau jiwa itu abadi. Di lain pihak, juga ada jutaan manusia yang hidup sederhana dan tidak berfilsafat. Mereka percaya dengan adanya suatu realitas tertinggi dan tidak menuntut suatu jawaban.

Rasa-rasanya, nggak ada yang paling benar, dan nggak ada yang paling salah. Benar atau tidaknya suatu kepercayaan bergantung pada pikiran, perasaan dan kemauan masing-masing individu. Kalau aku masih menyusun dan terus belajar untuk mencari jawaban yang paling cocok untuk aku. Setidaknya pertanyaan itu nggak terbang dan terserap ke dalam kenihilan selama-lamanya. Seperti kata Jostein Gaarder, mari kita berjanji untuk tidak meninggalkan planet ini sebelum kita temukan siapa diri kita dan darimana kita berasal. Dengan cara kita masing-masing.