disarankan sambil mendengarkan Sysyphus-nya Pink Floyd Parts 1-4 (ada di track 2 ya)
Dalam The Myth of Sisyphus, Albert Camus menjelaskan tentang pemikirannya terhadap absurditas hidup melalui kisah Sisyphus dalam mitologi yunani.
Sisyphus, raja Korinthos, dihukum oleh para dewa untuk mendorong sebuah batu yang sangat besar sampai ke puncak bukit. Ia dihukum karena terlalu pandai dan ambisius. Salah satu perbuatannya adalah mengelabui dewa kematian, Thanatos, yang menyebabkan hilangnya kematian di dunia bawah.
Kita bisa bayangkan bukit ini sangat terjal, sehingga setiap Sisyphus hampir mendekati puncak, batu itu kembali menggelinding ke bawah. Hukuman yang menggelisahkan.
Di sini Albert Camus membayangkan bahwa Sisyphus nggak papa, berkata bahwa semuanya baik-baik saja. Alih-alih putus asa, dia menantang nasibnya dengan kembali berjalan menuruni bukit, dan mulai mendorong batu lagi.
Camus kemudian menggambarkan ini sebagai suatu keabsurdan hidup yang kita hadapi. Hidup ini emang absurd katanya, terimalah tapi jangan menyerah. Contohnya kita terus menerus mencari penjelasan tentang alam semesta tapi yang kita dapatkan alam semesta yang terus menjadi misteri. Pengetahuan baru menimbulkan persoalan baru, terus menerus. Tidak ada batas pengetahuan dan tidak ada pula batas persoalan, nggak habis-habis. Berhasil ke luar dari suatu lobang untuk masuk lagi ke lobang lainnya yang lebih besar.
Kata Camus, yang bener itu, kita bikin makna untuk hidup kita sendiri. Makna hidup itu ada di dalam diri manusia, bukan di alam semesta, manusialah yang konsisten mencari makna. Dan bahkan jika perjuangan sehari-hari dalam hidup kita kadang-kadang tampak sama berulang dan tidak masuk akal, kita masih memiliki makna.
Eksislah jadi dirimu sendiri dengan makna yang kamu buat sendiri.
Jadi buatlah maknamu. Bagi Camus, juga tidak ada makna puncak. Kita buat makna versi kita sendiri tanpa merasa makna ini final. Setiap muncul persoalan, pasti ada penyelesaiannya, tapi kalau kondisi tiba-tiba menjadi tidak memungkinkan atau nggak cocok, kita bisa ganti. Nggak ada batasan.
Intinya pemikiran-pemikiran Camus dari buku-bukunya yang aku baca (1, 2, 3) itu gitu. Tentang absurditas dan ada juga kritik terhadap filsafat eksistensialisme yang menyatakan bahwa hidup ini nggak ada makna (atheist), atau ada maknanya tapi berasal dari realitas yang lebih tinggi (sehingga hanya berpasrah diri dan tidak mengusahakan apapun). Ketika kita terjatuh ke dalam dua hal tersebut, itu namanya bunuh diri filosofis. Sisyphus mengajarkan penerimaan dan tak ada batasan dari persoalan. Kita belajar menerima untuk mendorong batu ke atas hanya untuk melihatnya jatuh bergelinding ke bawah.
Catatan tambahan dari aku:
Hidup ini memang sebuah keabsurdan yang harus diterima dan jangan menyerah. Seperti dalam menyikapi kesedihan yang bisa berasal dari kesalahan yang bersumber dari diri kita sendiri, nasib buruk di luar kuasa kita, atau kombinasi keduanya. Satu-satunya jalan adalah menerima semua kesedihan itu. Cara jangan menyerahnya adalah dengan tetap kuat menjalani hidup dan percaya bahwa waktu akan mengobati. Setidaknya itu menurut pengalamanku.
Dan di hariku yang paling kelam, semoga aku akan mengingat, bahwa ini sementara dan akan segera pergi dengan cepat.
― The Adams
Hidup memang nggak selalu sempurna, mau diusahakan sebaik apapun juga, pasti tetap ada kekacauan. Ada waktunya kita harus menerima semua kekacauan itu dalam hidup kita, itu bagian dari hidup kan? Setelah menerima, kita bisa belajar sesuatu dan tidak lupa untuk kembali bersemangat, seperti Sisyphus.
Terakhir, mungkin bener kalau kita memang cuman pemain figuran di dunia ini. Kebingungan, nggak tau apa-apa, dirundung awan tebal. Tapi selama kita punya makna, kita masih punya bahan bakar dan tujuan dalam menjalani hidup. Yang jadi masalah adalah mencari makna hidup adalah PR yang berat, makanya aku suka dengan tidak adanya makna puncak. Dengan tidak adanya makna puncak artinya kita nggak usah mikir kejauhan tentang makna hidup. Misalnya ada kerjaan yang harus diselesaikan untuk hari ini, itu bisa dijadikan makna hidup untuk hari ini. Tentu saja bakal lebih baik kalau kita memiliki makna jangka panjang. Kalau makna jangka panjang belum muncul, ya nggak usah dipaksakan.
Kata-kata Camus juga yang paling aku suka:
Don’t walk in front of me… I may not follow
Don’t walk behind me… I may not lead
Walk beside me… just be my friend
― Albert Camus